Rabu, 11 Ogos 2010

Mengkudu, Bau Busuk yang Berkasiat

TAHUN 1949, jurnal Pacific Science terbitan Hawaii mengulas pohon
pendatang dari Indonesia yang hidup secara liar sejak kawasan pantai
sampai ketinggian 500 meter dpl (di atas permukaan laut) yang disebut noni
(Morinda Citrifolia). Pohon ini termasuk keluarga Rubiaceae, sama seperti
kopi, soka, kaca piring. Noni umum disebut sebagai magic plant atau pain
killer tree karena memiliki manfaat dan khasiat yang banyak untuk beberapa
jenis penyakit berbahaya.
Sejak kulit akarnya yang digunakan sebagai pewarna untuk menyamak kain,
daun muda/pucuk batang untuk sayuran dan obat, dan terutama buah
tuanya yang sudah masak sebagai bahan baku pembuatan jus/sari buah,
dengan manfaat obat yang sangat luas dan mujarab.
Dari segi penelitian ilmiah, khasiat buah mengkudu bukan "placebo" atau
bohong-bohongan. Serangkaian penelitian yang dilakukan oleh banyak
laboratoria dan lembaga perguruan tinggi terkenal di Amerika Serikat,
membuktikan keampuhan komponen berkhasiat yang terdapat di dalam jus
buah yang masak.
Dipelopori oleh Hawaii dan Malaysia, bisnis jus buah mengkudu kini
berjalan di beberapa negara lain, termasuk Indonesia.
Sudah lama masyarakat Indonesia di pedesaan mengenal pohon mengkudu
dalam bentuk daun muda/pucuk, untuk sayuran dan lalab, juga untuk bahan
obat, serta buah tua untuk bahan pembuat rujak (di Jabar dikenal dengan
nama "rujak bebek" karena pembuatannya harus di tumbuk hancur). Sejak
awal tahun 1990-an, jus/sari buah yang masak dimanfaatkan untuk banyak
jenis penyakit, di antaranya tekanan darah tinggi, asam urat tinggi,
amandel, rheumatik, diare, dan sebagainya.
Pohon mengkudu dikenal sejak kawasan Aceh menyebar ke Sumatera Utara,
Riau, Jambi, Palembang, Lampung, Sumbawa, Pulau Jawa, Kalimantan,
Sulawesi sampai Sumba, Sumbawa, Flores, dan Irian. Tanaman ini dikenal
dengan nama setempat seperti cangkudu, wengkudu, pace, lengkudu,
bangkudu, bakudu, pamarai, manakudu, bakulu, labanau, baja, kudu, neteu,
tibah, ai kombo, atau eodo.
Walau saat ini buah mengkudu sudah memiliki nilai bisnis tinggi
dengan pangsa pasar yang luas, upaya mengebunkannya baru dimulai di
beberapa tempat. Secara umum buah mengkudu yang diolah oleh beberapa
pabrik penghasil sari/jus buahnya (seperti Indononi, Javanoni, Balinoni, dan
sebagainya) dikumpulkan dari pohon ke pohon dari kampung ke kampung
atau dari tempat ke tempat lainnya, tergantung kepada tempat tumbuhnya
yang masih liar. Jangan heran kalau pada awal-awalnya harga buah
mengkudu tua/masak sekitar Rp 500,- per kg, sekarang melonjak antara Rp
1.500,- sampai Rp 2.000,- per kg, begitupun jumlah dan kelangsungan
pasokannya terus tersendat.Beberapa jenis senyawa berkhasiat obat yang diketahui berada di
dalam sari/jus buah mengkudu, antara lain anthraquinone (sebagai anti
bakteri/anti jamur), terpenten (sebagai peremaja sel), dammacanthel
(sebagai pencegah perkembangan sel kanker), xeronine, dan sebagainya
sampai ke antioksidan (penetral radikal bebas).
Yang menjadi masalah bagi yang baru mengenal buah mengkudu masak,
adalah baunya yang tidak sedap. Kalau hasil jus buah masak langsung
diminum tanpa pengolahan terlebih dahulu, bau busuk yang keluar dari jus
tersebut akan dapat menjadi penyebab muntah.
Masalahnya adalah, bahwa di dalam buah mengkudu masak, selain
terkandung senyawa bermanfaat obat, juga sejumlah asam seperti antara
lain asam askorbat, asam kaproat, dan asam kaprik, yang menghasilkan bau
busuk tersebut.
Pabrik penghasil jus buah mengkudu menghilangkan bau tersebut
dengan beberapa cara. Cara sederhana: mencampurkan secara rata gula
merah atau madu ke dalam larutan jus, menempatkannya di dalam gelas
atau botol, dan menyimpannya antara 2-4 hari, sehingga terjadi proses
fermentasi. Selama fermentasi komponen asam penghasil bau akan terurai,
hingga baunya menjadi hilang. Di pabrik yang sudah maju, bau dihilangkan
secara fisik, kimia, dan biologis.
Ada pabrik jus buah mengkudu yang menggunakan buah tua namun belum
berwarna kuning coklat tetapi baru kuning muda. Ketika dikupas bau busuk
tidak tercium. Ternyata konsumen mengeluh karena jus tersebut tidak
memiliki khasiat seperti sebelumnya.
Ini terkait dengan faktor penentunya, bahwa kehadiran asam penghasil bau
tersebut erat kaitannya dengan kehadiran senyawa berkhasiat di dalamnya.
Kalau asam penyebab bau tidak ada, maka senyawa berkhasiatpun besar
kemungkinan tidak ada pula.
Berikut beberapa cara penggunaan buah dan daun mengkudu
berdasarkan resep tradisi, yang sudah dibukukan sejak tahun 1934 dalam
bahasa Belanda (beberapa sudah diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia), ataupun buku-buku lainnya terbitan Malaysia dan Hawaii (dalam
bahasa Inggris):
(1). Untuk pengobatan penyakit radang usus, tekanan darah tinggi,
amandel, dan sebagainya, yaitu: 2 buah mengkudu masak dihilangkan
bijinya, kemudian daging buahnya dihancurkan, diperas dan airnya
dikumpulkan. Kemudian tambah 20 ml madu asli, diaduk, saring kembali,
serta air saringannya ditambah air masak sampai 100 ml. Maka larutan
inilah yang kemudian diminum sebagai obat. Ternyata ramuan tersebut
dapat juga digunakan untuk obat batuk, infeksi mulut, radang tenggorokan,
sakit perut, sakit jantung.
(2). Untuk pengobatan penyakit kencing manis, diare, encok,
melancarkan air seni serta menguatkan ingatan/fikiran: 4-6 lembar daun
mengkudu muda dimakan langsung mentah atau dijadikan urab/sayuran
sebelum dimakan.
Masih banyak lagi formula ramuan obat tersebut dari buah dan daun
mengkudu yang sudah diuji kemujarabannya.
(Oleh H Unus Suriawiria), Kompas, EDISI Minggu, 24 Juni 2001
Sumber = www.kompas.com/kompas-cetak/0201/17/dikbud/teat09.htm

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Pengikut

Cari Blog Ini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...